"Sukses itu tidak tiba dalam tadi malam, tetapi Anda harus berlatih untuk sukses serta yakin pada diri kita, itu yang perlu."

Mo Farah

Mohamed Muktar Jama Farah nama selengkapnya. Semakin terkenal dengan panggilan Mo Farah. Lahir di Mogadishu, Somalia, 23 Maret 1983. Lelaki yang dinaturalisasi untuk masyarakat Inggris itu menurut saya telah wajar disebutkan legenda di trek lari. Karena, Farah 6x menyapu medali emas kejuaraan dunia atletik.

Farah memperoleh medali emas lari 5.000 mtr. di kejuaraan dunia atletik di Daegu 2011. Pada kejuaraan dunia atletik 2013 di Moscow, Farah memperoleh medali emas di nomor 5.000 serta 10.000 mtr..

Prestasi di Moscow kembali lagi diulangi Farah pada kejuaraan dunia atletik di Beijing 2015. Pada 2017 di kejuaraan dunia atletik di London, Farah memperoleh medali emas di lari 10.000 mtr..

Perolehan cemerlang yang lain dari Farah ialah di tempat Olimpiade. Farah yang sama selebrasi dua tangan membuat sinyal hati itu memperoleh dua medali emas di Olimpiade London 2012 serta Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Farah memperoleh dua medali emas di nomor 5.000 serta 10.000 mtr..

Farah menggambarkan kesuksesan itu untuk buah dari usaha keras. Selesai memperoleh emas di Olimpiade London 2012, Farah memberi pengakuan saat diberi pertanyaan wartawan BBC. "Ini semua kerja hasil keras, perjalanan panjang," katanya. Di peristiwa itu juga Farah menerangkan kacamata hidupnya dalam rangka agama.

Rujukan Mencari Bandar Terbaik Main Togel Online

"Alquran menjelaskan jika Anda harus kerja keras dalam apa saja yang Anda kerjakan. Jadi, saya kerja keras dalam latihan serta itu ada hubungan dengan jadi sukses. Sukses itu tidak tiba dalam tadi malam, tetapi Anda harus berlatih untuk sukses serta yakin pada diri kita, itu yang perlu," kata Farah waktu Olimpiade 2012 yang selanjutnya kembali lagi diambil pengakuannya oleh media the independent satu tahun sesudahnya.

Lika-liku hidup Farah memang mengagumkan. Ia memulai hidup di Somalia yang saat itu diterpa perang saudara. Tetapi, dalam satu tulisan di The Telegraph yang mencuplik biografi Farah, disebut jika waktu kecil Farah di Somalia tidak semenyeramkan yang dipikirkan.

Farah menjelaskan jika dalam tempat tinggalnya di Gebilay, Somalia tidak ada tentara di jalanan serta tidak ada bom, sekalinya Somalia mengalami perang saudara. Kemungkinan wilayah Gebilay ialah wilayah non perang.

Tetapi, tetap hidup di negara yang dirundung perang saudara tidak akan menentramkan. Pada akhirnya Farah bersama-sama saudara-saudaranya ditangkap si ibu ke negara tetangga, Djibouti. Di Djobouti, Farah serta kembarannya namanya Hasan, hidup bersama-sama si nenek.

Di Djibouti itu, Farah yang masih tetap kecil sebab umurnya kurang dari 8 tahun, belajar membaca Alquran di sekolah. Disamping itu belajar riwayat Prancis serta riwayat lokal di Djibouti. Waktu sekolah itu, pada pagi hari tiap anak memperoleh gantian maju ke depan untuk membaca.

Farah juga menceritakan jika ia kesusahan membaca serta menulis. Diakuinya menanggung derita disleksia yaitu gangguam belajar yang diikuti dengan susah membaca. Karena itu bila satu pagi ia akan memperoleh gantian membaca di muka kelas, Farah pilih mengingatkannya terlebih dulu pada malam hari sampai ia betul-betul ingat.